19210354
3EA08
Tugas : Pengertian dan contoh Consumer Innovativeness, Consumer Compulsive Consumption, Consumer Ethnocentrims
PENGERTIAN SERTA CONTOH DARI:
-CONSUMER
INNOVATIVENESS
-CONSUMER
COMPULSIVE CONSUMPTION
-CONSUMER
ETHNOCENTRIMS
CONSUMER INNOVATIVENESS
Para
pemasar seringkali berusaha untuk mempelajari perilaku dari para consumer
innovators, yaitu mereka yang selalu menjadi yang pertama untuk mencoba hal-hal
baru baik barang, jaa maupun kegiatan-kegiatan baru. Tanggapan dari para
innovator ini seringkali merupakan gambaran mengenai akan sukses atau tidaknya
suatu produk dipasaran.
Beberapa
karakteristik yang menentukan apakah konsumen seorang innovator atau bukan,
antara lain berikut ini.
a. Tingkat
keinovatifan
Tingkat
keinovatifan konsumen dapat diukur menggunakan instrument yang dibentuk
oleh para peneliti, yang bersifat fleksibel dalam domain kajiannya, misalnya
untuk diterapkan pada kategori produk yang luas(personal computer), subkategori
produk (computer jenis notebook) ataupun tipe produk (computer notebook mini
beratnya 3 pound).
b. Dogmatisme
Dogmatisme
merupakan karakteristik manusia yang mengukur kekakuan atau rigidity dan
keterbukaan yang ditunjukkan konsumen terhadap informasi atau hal-hal baru yang
kurang familiar atau yang tidak sesuai dengan system keyakinan mereka. Konsumen
dengan dogmatis tinggi akan sulit menerima hal-hal yang tidak familiar dengan
mereka. Penerimaan akan dilakukan dengan rasa tidak nyaman dan tidak psti,
sedangkan konsumen dengan tingkat dogmatis merendah akan memiliki sikap terbuka
terhadap hal-hal yang kurang familiar atau tidak sesuai dengan system keyakinan
mereka.
Implikasi
tingkat dogmatisme yang dianut oleh konsumen pada dunia pemasaran adalah
konsumen dengan tingkat dogmatisme tinggi seringkali dianggap sebagai konsumen
dengan pandangan tertutup dan biasanya memilih produk yang sudah lama ada,
bukan produk-produk inovatif. Hal ini bertolak belakang dengan konsumen dengan
tingkat dogmatisme rendah (berpandangan terbuka) yang lebih memilih
produk-produk inovatif daripada produk-produk tradisional. Oleh karena itu,
dalam aspek komunikasi juga dibedakan antara konsumen yang memiliki tingkat
dogmatisme rendah dan yang tinggi.
Mereka
yang cenderung rigid atau tingkat dogmatismenya tinggi biasanya lebih tertarik
apabila pada iklan produk inovatif ditampilkan endorser baik selebriti ataupun
orang ternama, sedangkan konsumen degan tingkat dogmatisme rendah cukup
tertarik dengan iklan produk inovatif yang menampilkan keunikan atau perbedaan
produk baru tersebut jika dibandingkan dengan produk lainnya.
c. Karakter
sosial
Karakter
sosial merupakan karakteristik seseorang yang meliputi 2 titik ekstrem
yaitu inner-directedness dan other-directedness. Istilah yang
pertama berarti konsumen cenderung menggunakan nilai-nilai maupun keyakinan
dalam dirinya sendiri dalam mengevaluasi produk, sedangkan other-directedness
mencerminkan karakteristik konsumen yang lebih mempertimbangkan nilai-nilai
atau petunjuk dari orang lain mengenai apa yang benar dan apa yang salah dalam
mengevaluasi produk.
Biasanya
konsumen yang memiliki karakter inner-directedness memiliki kemungkinan
yang lebih besar dari pada other-directedness untuk mengevaluasi
suatu produk.
Dalam
strategi komunikasi, konsumen dengan inner-directedness cenderung
menyukai iklan yang memuat pesan-pesan mengenai kegunaan produk, fitur-fiturnya
maupun keuntungan dari penggunaan produk tersebut, sedangkan konsumen
dengan other-directedness cenderung lebih menyukai iklan yang
menekankan pada citra yang ditampilkan oleh produk, penerimaan oleh masyarakat
apabila menggunakan produk tersebut, dan lain sebagainya. Pada dasarnya,
konsumen dengan other-directedness lebih mudah untuk dipengaruhi
dalam perilaku pembeliannya karena mereka sangat peduli dengan apa yang
dianggap benar atau salah oleh pihak lain.
CONTOH KASUS
Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan studi kasus, pada
industri pengolahan rotan PT. Fairco Agung Kencana pada bulan Januari sampai
dengan Maret 2004. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder.
Teknik pengambilan contoh (responden) dilakukan secara sengaja (purposive).
Data hasil penilaian responden terhadap indikator komponen teknologi dan
indikator kemampuan teknologi diolah dengan analisis Gap, dengan melihat
perbedaan nilai pengamatan dan nilai yang diharapkan perusahaan dari kedua
indikator tersebut. Sedangkan dalam menentukan alternatif strategi yang
dilakukan di hitung dengan menggunakan PHA ( Proses Hirarki Analitik).
Berdasarkan
hasil penelitian, tingkat kecanggihan perangkat komponen teknologi sudah sesuai
dengan yang diharapkan perusahaan, Pada pengkajian komponen technoware, yang
harus diperhatikan adalah pada tahapan QC amplas, sedangkan pada komponen
Humanware yang lebih diperhatikan adalah manajer dan maintenance karena pada
pada level tersebut bertugas sebagai penunjuk pelaksana di lapangan. Pada
komponen Inforware yang lebih diperhatikan adalah tingkat pembelian dan
peningkatan informasi, sedangkan komponen Orgaware gap terbesar terdapat pada
divisi litbang dan pada struktur organisasinya.
CONSUMER COMPULSIVE CONSUMPTION
Ketika
kita menggunakan istilah "consumption compulsive," atau konsumen
kompulsif kita berbicara tentang jenis perilaku konsumen yang tidak pantas,
biasanya berlebihan, dan jelas mengganggu kehidupan individu yang muncul
impulsif didorong untuk mengkonsumsi. Orang yang membeli sweater beberapa
identik dengan warna berbeda karena ia hanya "harus" atau karena.
"Saya merasa baik di dalamnya," meskipun ia tahu ia tidak mampu
membayar untuk itu, adalah contoh klasik. Meskipun konsekuensi mungkin memiliki
efek yang parah pada kehidupan sehari-hari, konsumen kompulsif membeli pula.
Akibatnya,
aktivitas normal seperti membuka surat atau menjawab telepon mengambil makna
baru. Bagi pembeli kompulsif banyak ada ketakutan konstan dihadapkan oleh
tagihan lain yang besar, atau kreditur marah. Banyak mencoba untuk
menyembunyikan kedua tagihan dan barang yang dibeli karena takut ditemukan.
Dalam beberapa kasus, orang bahkan terlibat dalam kegiatan kriminal dalam
rangka untuk membayar tagihan mereka dan mempertahankan garis mereka kredit.
Perilaku
dari konsumen kompulsif tampaknya cukup mirip dengan manifestasi umum dari
perilaku adiktif. Namun, definisi istilah "kecanduan," adalah titik
diperdebatkan di kalangan dokter. Bagi beberapa orang, kecanduan mungkin hanya
mengacu pada substansi, dan membutuhkan kehadiran habituasi fisiologis dan
sindrom pantang. Karena kontroversi ini, kami telah memilih untuk menggunakan
konsumsi jangka kompulsif daripada adiktif.
CONTOH KASUS
Seorang
anak belasan tahun dapat memandang dirinya sebagai ”lebih didambakan, lebih
modern, dan lebih sukses” karena ia memiliki ”sepasang sepatu karet model tahun
terakhir” yang diburu banyak emosi manusia dapat dihubungkan dengan kepemilikan
yang berharga sehingga kepimilikan tersebut dapat dianggap sebagai perluasan
diri.
CONSUMER ETHNOCENTRIM
Konsumen
dengan etnosentrisme tinggi akan cenderung memiliki perasaan bersalah apabila
mengonsumsi produk dari luar negeri karena berakibat buruk pada perekonomian
bangsanya sendiri. Adapun konsumen dengan etnosentrisme rendah tidak merasakan
hal tersebut. Implikasinya bagi pemasar adalah penggunaan penekanan pada aspek
kebangsaan dalam penggunaan produk dalam negeri bagi konsumen dengan tingkat
etnosentrisme tinggi.
Etnosentrisme
konsumen berasal dari konsep psikologis yang lebih umum dari etnosentrisme.
Pada dasarnya, orang etnosentris cenderung memandang kelompok mereka sebagai
superior dari orang lain. Dengan demikian, mereka memandang kelompok lain dari
perspektif mereka sendiri, dan menolak orang-orang yang berbeda dan menerima
orang-orang yang mirip (Netemeyer et al, 1991;. Shimp & Sharma, 1987). Hal
ini, pada gilirannya, berasal dari teori-teori sosiologi sebelumnya di-kelompok
dan keluar-kelompok (Shimp & Sharma, 1987). Etnosentrisme, maka secara
konsisten ditemukan, adalah normal untuk kelompok-ke-keluar kelompok (Jones,
1997, Ryan & Bogart, 1997).
Etnosentrisme
konsumen khusus mengacu pada pandangan etnosentris yang diselenggarakan oleh
konsumen di satu negara, dalam kelompok, terhadap produk dari negara lain, keluar-kelompok
(Shimp & Sharma, 1987). Konsumen mungkin percaya bahwa itu tidak tepat, dan
bahkan mungkin tidak bermoral, untuk membeli produk-produk dari negara lain.
Pembelian
produk asing dapat dipandang sebagai tidak layak karena biaya pekerjaan
domestik dan melukai ekonomi. Pembelian produk asing bahkan dapat dilihat
sebagai hanya patriotik (Klein, 2002; Netemeyer et al, 1991;. Sharma, Shimp,
& Shin, 1995; Shimp & Sharma, 1987).
Atribut
Etnosentrisme konsumen individu memberikan pemahaman tentang apa pembelian yang diterima oleh kelompok-, serta perasaan identitas dan milik. Bagi konsumen yang tidak etnosentris, atau polisentris konsumen, produk dievaluasi berdasarkan jasa-jasa mereka eksklusif asal-usul kebangsaan, atau bahkan mungkin dilihat lebih positif karena mereka asing (Shimp & Sharma, 1987; Vida & Dmitrovic, 2001).
Etnosentrisme konsumen individu memberikan pemahaman tentang apa pembelian yang diterima oleh kelompok-, serta perasaan identitas dan milik. Bagi konsumen yang tidak etnosentris, atau polisentris konsumen, produk dievaluasi berdasarkan jasa-jasa mereka eksklusif asal-usul kebangsaan, atau bahkan mungkin dilihat lebih positif karena mereka asing (Shimp & Sharma, 1987; Vida & Dmitrovic, 2001).
Brodowsky
(1998) mempelajari etnosentrisme konsumen di antara pembeli mobil di Amerika
Serikat dan menemukan hubungan positif yang kuat antara etnosentrisme tinggi
dan negara-berbasis bias dalam evaluasi mobil. Konsumen dengan
etnosentrisme rendah muncul untuk mengevaluasi mobil lebih didasarkan pada
manfaat dari mobil sebenarnya bukan negara asalnya. Brodowsky menunjukkan bahwa
etnosentrisme konsumen pemahaman sangat penting dalam memahami negara asal
efek.
Anteseden
Beberapa etnosentrisme konsumen telah diidentifikasi oleh berbagai penelitian.Konsumen
yang cenderung kurang etnosentris adalah mereka yang masih muda, mereka yang
laki-laki, orang-orang yang berpendidikan lebih baik, dan mereka dengan tingkat
pendapatan yang lebih tinggi (Balabanis et al, 2001;. Baik & Huddleston,
1995, Sharma et al, 1995)
Balabanis
et al. menemukan bahwa faktor-faktor penentu etnosentrisme konsumen dapat
bervariasi dari satu negara ke negara dan budaya ke budaya. Di Turki,
patriotisme ditemukan motif yang paling penting untuk etnosentrisme konsumen.
Ini, itu diteorikan, adalah karena budaya kolektivis Turki, dengan patriotisme
menjadi ekspresi penting dari kesetiaan kepada kelompok. Di Republik Ceko lebih
individualistis, perasaan nasionalisme berdasarkan rasa superioritas dan
dominasi muncul untuk memberikan kontribusi yang paling penting untuk
etnosentrisme konsumen.
CONTOH KASUS
Mudahnya
ketika saya dan Metta sedang makan siang dengan kecap, di mana orang-orang
Indonesia suka kecap, beberapa teman Taiwan memperhatikan kami, dan beberapa
berkata, aneh. Saya diam, dan kesimpulan yang saya ambil hanya satu,
"orang2 Taiwan tidak makan dengan kecap, atau kecap tidak biasa dimakan
dengan nasi." saya tidak sampai hati bilang orang Taiwan aneh karena kami
makan dengan kecap, karena toh apa bedanya saya dengan mereka pada akhirnya?
Sama
dengan kebiasaan mandi pagi hari yang jarang dilakukan orang Taiwan. Awalnya
saya kaget, tapi dengan itu saya belajar kedepannya, hanya karena saya mandi
setiap pagi bukan berarti tidak mandi itu aneh. Karena seandainya saya bilang
hal itu aneh, apalagi namanya kalau bukan meninggikan diri sendiri dan
menganggap semua yang tidak sama adalah lebih rendah?
SUMBER :
http://thomskyy.blogspot.com/2012/11/consumer-innovativeness-consumer.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar